PPKN: Toleransi



Manusia merupakan mahluk sosial. Kehidupan dan eksistensinya tidak terlepas dari kehadiran orang lain. Selain itu, kehidupan manusia juga sangat kompleks, terdiri dari beragama suku, etnis, ras, agama, keyakinan, bahasa, corak, cara hidup, dan pandangan. Dalam hal ini, manusia dituntut untuk mengembangkan sikap toleransi terhadap kebaikan dan untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik.

Definisi Toleransi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): 1) Sikap toleran; 2) Batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih dibolehkan; 3) Penyimpangan yang masih bisa diterima dalam pengukuran kerja.

Tolerantia (Bahasa Latin): kelonggaran, kelembutan hati, keringanan, dan kesabaran.

Tolerance (Bahasa Inggris): membiarkan, mengakui, dan menghormati.

Tasamuh (Bahsa Arab): saling mengizinkan dan memudahkan.

Tantangan Masyarakat Majemuk (Berbeda-beda/heterogen)

Ketika toleransi dilanggar yang akan terjadi dalam kehidupan yaitu:
  1. Konflik: pertempuran dan persengketaan, satu pihak merasa dirinya paling baik daripada pihak lainnya kemudian saling mencemooh dan menghina satu sama lain.
  2. Dominasi : satu pihak merasa lebih kuat dari pihak lain.
  3. Kompetisi Negatif : Darwinisme Sosial, sibuk mencari kejelekan dan kelemahan pihak lain agar selalu jatuh.



Menurut Rene Dubos, human diversity makes tolerance more than a virtue. It makes it requirement for survival (keragaman manusia membuat lebih dari sekadar kebajikan, ia merupakan prasyarat untuk bisa bertahan hidup).


Aristoteles mengatakan, toleransi merupakan prasyarat minimal eksistensi manusia. Tanpa ini keberadaan manusia akan hancur dengan sendirinya.

Model atau Tingkatan Toleransi dalam Praktik Keseharian

  1. Membiarkan (Tak acuh): terserah orang lain dengan keyakinan apa saja, asal tidak merugikan kita. Sifatnya sangat rapuh dan mudah hancur oleh provokasi.
  2. Memahami : Mencari informasi melalui media, berita, koran, dll.
  3. Dialog; menemukan dan merancang kemanfaatan dan kemaslahatan bersama dalam kebenaran masing-masing.

Manfaat Dialog, informasi didapat dari dua pihak 


  1. Saling memahami lebih serius. Contoh dalam sejarah, sunan kudus dan pengikutnya tidak menyembelih sapi untuk menghormati umat hindu. Sebuah kearifan yang seharusnya dicontoh oleh manusia modern. Kebijaksanaan Sunan Kudus tersebut sampai saat ini tetap dipertahankan oleh masyarakat kudus dengan menyembelih hewan selain sapi.
  2. Meningkatkan dan meperkaya pemahaman sendiri. Ilmu dan wawasan spiritual bersifat saling silang, passing over, tidak terpaku oleh keyakinan sendiri, semakin memahami keberagamaan yang kompleks maka akan meningkatkan wawasan spiritualitas. Dalam keilmuan saja telah dicontohkan oleh para pendahulu, Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina, pembangunan madrasah-madrasah oleh para ulama di abad pertengahan tidak hanya ditujukan bagi muslim.
  3. Menemukan kesamaan untuk membangun kebersamaan. Menciptakan manajemen sosial prodktif.

Hidup bersama

  • Ko-Eksistensi: saling bekerjasama dan menerima kehadiran orang lain.
  • Pro-Eksistensi: saling mendukung dan berupaya membangun kemanfaatan bersama, produktif dan kreatif.

Alur kehidupan heterogen

Menerima kehadiran orang lain Menghargai pilihan orang lain Menikmati kebersamaan dengan orang lain Meningkatkan kualitas hidup.

Sikap Batin Toleransi

Menghormati, respek membiarkan segala sesuatu sebagaimana adanya. Jika tidak demikian, diri kita sendiri yang akan merasa berat, batin akan selalu memikirkan keberadaan orang lain.

Menghargai, menghargai orang lain yang sedang beribadah

Simpati, peduli kepada orang lain

Empati, ikut atau turut merasakan sampai ke dalam batin. Ketika ada teman yang sedang terkena musibah, kita ikut berbelasungkawa. Empati akan muncul ketika manusia memiliki pengalaman yang sama dengan manusia lainnya.

Hubungan dengan Orang Lain


Hubungan yang tidak sehat: berusaha untuk selalu mengontrol, mendikte, dan memanipulasi pihak lain. Membuat orang lain selalu merasa lebih buruk tentang dirinya sendiri dengan mengungkap aib, menyintas, mengolok-olok, dan meruntuhkan rasa percaya diri orang lain. Tidak memberikan dukungan di saat orang lain mendapatkan kesulitan dan tidak mengapresiasi ketika orang lain mendapatkan keberhasilan. Tidak menganggap penting kehadiran orang lain.

Hubungan yang sehat:

Mutual respect, saling menghormati dan menghargai, dikerjakan secara bersama-sama antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya.

Trust and honesty, saling percaya. Biasanya ada hubungan dengan kejujuran dan saling mempercayai satu sama lain. Tidak disertai dengan kecurangan. kehidupan yang dibangun oleh kejujuran akan menumbuhkan kualitas hidup yang lebih baik.

Support, saling memberikan dukungan, saling memberikan pertolongan ketika ada orang lain yang mendapatkan musibah.

Fairness, menumbuhkan keadilan dalam kehidupan. Obyektif dalam memandang perbedaan. Tidak memihak kepada kelompok hanya karena memiliki kedekatan hubungan atau satu keyakinan dengan kita. Contoh kasus, dalam sejarah Islam pernah ada peristiwa seorang Yahudi dimenangkan oleh hakim dalam suatu persidangan meskipun digugat oleh orang Islam.

Separate identities, menerima perbedaan dan tidak memaksakan perbedaan dan kebenaran masing-masing. Tidak menekan orang lain untuk mengikuti kebenaran yang dianut oleh kita. Tidak bersikap egois dan merasa paling benar sendiri.

Good communication, komunikasi yang baik. Bukan komunikasi yang tidak acuh melainkan komunikasi yang sehat.

Tasamuh


Secara harafiah berarti memudahkan, murah hati, tidak menyulitkan, tidak memberatkan, dan memberikan tempat kepada orang lain. Cara beragama yang moderat antara lain mengembangkan sikap-sikap seperti tersebut dalam kehidupan.

Beragama moderat ditandai juga oleh tidak memberatkan dan memberikan tempat kepada orang lain. Agama hadir dalam kehidupan kita agar manusia dapat menjalani hidup seimbang, mudah. Maka kehadiran agama sudah seharusnya menyenangkan dan memudahkan. Hal ini dapat ditempuh dengan mengamalkan sikap tasamuh dalam kehidupan.

Dalil-dalil tentang sikap tasamuh sesuai dengan tujuan kehadiran agama:

“ Allah menginginkan kemudahan bagimu dan tidak menginginkan kesukaran bagimu” (Q:S, Al-Baqarah: 185).

“ Allah sama sekali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama satu kesempitan.” (Q:S, Al-Hajj: 8).

Dasar-dasar Menjalankan Tasamuh

Persaudaraan atas dasar kemanusiaan, status kita yang paling mendasar bahwa kita adalah manusia. Meskipun manusia berbeda-beda keyakinan dan pandangan namun semua merupakan manusia. Semua manusia bersaudara karena berasal dari satu nenek moyang.

Pengakuan dan penghormatan kepada pihak lain, manusia sebagai mahluk paling mulia yang telah diciptakan oleh Allah maka tidak ada satu pun manusia yang berhak merendahkan manusia lain.

Kesetaraan manusia. Jika manusia berbuat benar maka harus dinilai dan didukung kebenarannya. Ketika berbuat salah maka kita harus menilainya salah.

Keadilan dalam berinteraksi. Hubungan manusia didasari oleh prinsip keadilan.

Kebebasan sesuai aturan. Setiap manusia memiliki hak untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan keyakinannya dengan mengakui dan menghormati kesepakatan yang telah menjadi konsensus bersama. Tidak semena-mena dan seenaknya melanggar aturan. Tidak sekadar bebas tanpa aturan.

Tujuan Beragama

Menurut Dalai Lama


The purpose of religion is to control yourself, not to critise other. Tujuan hidup beragama adalah untuk mengendalikan dirimu, bukan mengkritisi pihak lain. Manusia harus lebih sibuk memperbaiki kondisi batin diri sendiri daripada menilai dan merendahkan orang lain. Dalam dunia sufi hal ini dikenal dengan muhasabah (instrospeksi diri, melihat ke dalam diri sendiri). Jangan terlalu sibuk mencari-cari kesalahan orang lain.

Compassion and tolerance are not a sign of weakness, but a sign of strength. Murah hari dan toleransi bukan tanda-tanda kelemahan melainkan pertanca kekuatan. Orang yang memiliki sikap welas asih dan toleransi batinnya sangat kuat. Kekuatan manusia tidak diukur oleh klain kebenaran dan merasa lebih benar justru ditentukan oleh seberapa kuat manusia meredam keinginan untuk pamer kebenaran.

William Ralph Inge

The devil deserves, zero tolerance. Batasan toleransi, terhadap perilaku kejahatan samak sekali tidak ada toleransi. Kita tidak seharusnya bertoleransi terhadap perbuatan jahat: menipu, merusak, mencuri, dll.
Kang Warsa
Kang Warsa Sering menulis hal yang berhubungan dengan budaya, Bahasa, dan kasukabumian.

Posting Komentar untuk "PPKN: Toleransi"