
Sikap yang muncul dari kenyataan ekologi seperti  ini adalah intrik dan  kepicikan, cara bagaimana menguasai satu wilayah.  Ishak sendiri memberi  nama Yakub kepada anaknya dengan maksud agar Yakub  memiliki sifat  cerdik. Dalam perjanjian lama, Yakub dijuluki Yisra Eel,  manusia yang  telah diurapi oleh Eel, kekasaran dalam kisah ini adalah,  bagaimana  hebatnya seorang Yakub bisa mengalahkan Tuhan (YHWH). Sebuah  pandangan  antrophomorfisme bagi Tuhan, meniadakan kemaha kuasaan Tuhan,   menyejajarkan Tuhan dengan mahluk yang bisa diperdaya dan dikalahkan   oleh ciptaanNya sendiri.
Mitos ini dihembuskan, karena Yisra  Eel benar-benar telah dianggap  mengalahkan Yahweh dalam sebuah  pergulatan, maka keturunan Ibrahim dari  garis Ishaq dan Yakub merupakan  bangsa pilihan Yahweh. Kenapa mitos  ini dihembuskan? Ada dua sasaran,  pertama untuk memberikan rasa takut  kepada bangsa yang ada di wilayah  tersebut bahwa Suku bangsa Yisra Eel  adalah manusia-manusia pilihan  Tuhan, apa pun yang diperbuat oleh  mereka adalah perintah langsung dari  Tuhan, tidak terbantahkan. Kedua,  bentuk legitimasi pengambilan  kekuasaan secara sepihak. Menjadikan  oknum kekalahan Tuhan oleh Yakub   sebagai komoditas politik. Cerita  palsu dan kamuflase dibuat dengan  mengatasnamakan Tuhan, tanah  perjanjian sebagai Tanah Suci dan Kota  Tuhan dimanifestasikan. Awalnya  dibuat samar, dimana letak Holly Land  yang pernah dikatakan oleh  Ibrahim kepada Ismael dan Ishaq itu, karena  tuntutan politis, tanah  perjanjian pun dimanifestasikan dengan nama  Jerussalem.
Jerussalem, disebut sebagai kota para nabi adalah  bentuk rekayasa  politis yang mengatasnamakan Tuhan. Bisa dibayangkan,  dalam satu desa  di wilayah tersebut, ada hampir 350 orang yang mengaku  sebagai nabi  dalam waktu bersamaan. Hanya karena mereka hidup menderita  di  padang-padang tandus kemudian mereka mengaku sebagai utusan Tuhan?  Ini  adalah salah satu bentuk ketidak sanggupan mereka dalam menjalani   hidup, namun memberi pesan kepada bangsa-bangsa lain, bahwa para nabi   memang dilahirkan di tanah Yisra Eel, dari rahim-rahim wanita Yahudi.
Kepayahan dalam menghadapi hidup karena iklim gurun, mengharuskan   bangsa Yisra Eel melakuka eksodus besar-besaran ke wilayah Mesir. Memang   telah sejak dulu, diawali oleh Yusuf putra Yakub. Mesir waktu itu   seperti wilayah urban, karena terletak di wilayah Nil, bagian selatan   memiliki kondisi tanah lebih subur dari daerah-daerah gurun. Eksodus   Yisra Eel ke Mesir mengharuskan raja Mesir mengeluarkan regulasi yang   bisa mengeliminir kerakusan dan ketamakan para pendatang. Konsep   perbudakan diberlakukan.
Asimilasi bangsa Yisra Eel dengan  orang-orang Mesir Kuno yang telah  maju dalam cara berpikir, memiliki  struktur pemerintahan, dan logistik  kenegaraan kembali mengharuskan  Yisra Eel menjadikan Tuhan sebagai  komoditas politik. Bangsa Mesir  dianggap sebagai musuh Tuhan yang harus  menyerahkan kekuasaannya kepada  bangsa Yisra Eel, padahal, demi Alloh,  Tuhan sama sekali tidak akan  memusuhi mahluk yang telah diciptakan  oleh diriNya. Tuhan bangsa Mesir  direndahkan, padahal waktu itu, bangsa  Mesir pun telah memiliki  pandangan Monotheisme seperti yang telah  diwariskan oleh Akhnatuun. Tapi  oleh Yisra Eel dianggap itu keyakina.  Palsu, Tuhan yang berbeda, buhan  Tuhan Yahweh yang pernah dikalahkan  oleh Yakub.
Regulasi  pemerintahan Mesir adalah mengusir seluruh keturunan Yakub  dari tanah  Mesir. Cerita ini diabadikan dalam semua kitab suci. Padahal  berawal  dari folklore kisah-kisah Yudea, tidak bisa menjadi fakta  historis yang  sebenarnya (Cerita Israiliyyat). Eksodus besar-besaran  ke-dua terjadi,  dari Mesir menuju ke tanah yang dijanjikan. Tanah yang  telah diduduki  oleh Bangsa Filistin sejak ditinggalkan oleh bangsa  Yisra Eel. Karena  keletihan dalam perjalanan, bangsa Yisra Eel tidak  akan mungkin bisa  masuk ke daerah tersebut tanpa logistik dan  perlengkapan militer yang  cukup. Karena untuk bisa menguasai kembali  tanah perjanjian harus  diselesaikan dengan cara perang atau merebut  kembali dari orang-orang  Filistin. Kondisi ini, ketidak sanggupan  mereka merangsek masuk, kembali  disangkut-pautkan dengan cerita  profetik, mereka mengalami penderitaan  selama 40 tahun di padang tandus  (Padang Thih), padahal mereka sedang  menyusun siasat: bagaimana cara  mengambil kembali tanah perjanjian  palsu. Hasilnya, mereka memasuki  kota secara perlahan, datang  berkelompok-kelompok sebagai para kafilah  dagang, menyembunyikan  identitas mereka, lalu membentuk  pemukiman-pemukiman Yisra Eel,  menyebarkan budaya Yudaisme sambil  membahasakan folklore-folklor usang  tentang kehebatan kakek moyang  mereka yang telah menjadikan tanah  Jerussalem sebagai Holly Land.
Sejak saat itu, Jerussalem  menjadi rebutan. Hingga saat ini satu kota  dengan tiga iman ini akan  tetap dipenuhi oleh kecamuk. Karena, kota ini  dibangun di atas landasan  kepalsuan cerita yang telah mengoknumkan  Tuhan. Sepanjang perjalanan  sejarah, pengoknuman Tuhan pun kembali  terjadi, manusia biasa (Yesus),  dijadikan oknum anak Tuhan oleh para  elit Yahudi. Tujuan mereka satu:  agar kekaisaran Romawi menjadikan  bangsa Aramia sebagai sasaran tembak,  dan bangsa Yahudi tetap aman dari  kebengisan Herodes.
KANG WARSA 
 
    
Posting Komentar untuk "YA'KUB (ISRAEL)"
Sila kirim tanggapan atau saran...